31 Juli 2012, sebuah akhir bulan yang baik untuk awal yang
luar biasa, ya hari ini seluruh nilai mata kuliah semester dua sastra jepang
Universitas Diponegoro sudah keluar semua, semua usaha yang telah di lakukan
baik itu dengan cara yang benar maupun salah, terlihat jelas di lembar halaman
web sia.undip.ac.id, lembar yang sering di sebut para mahasiswa KHS(Kartu Hasil
Study) itu telah terisi penuh dengan nilai-nilai yang di peroleh atas kerja
para mahasiswa selama ini.
Puji Tuhan, setiap tetes keringat yang jatuh, tidak akan
Tuhan biarkan sia-sia. Orang bilang ini adalah keberuntungan, tapi aku bilang
ini adalah pertolongan Tuhan. Dengan hasil yang NYARIS sempurna, mendapat nilai
‘C’ di mata kuliah Menulis Jepang/Moji 2 sks, dan sisa nya sungguh luar biasa,
Tuhan berikan A di semua mata kuliah selain
Menulis Jepang/Moji. Terlihat Indeks Prestasi yang tidak begitu kecil untuk
mahasiswa yang kemampuan bahasa jepangnya sedikit di bawah rata-rata jika aku
mendapat ip 3,83, dan itu sungguh hasil yang luar biasa yang Tuhan berikan
kepadaku. Ada kebanggaan tersendiri saat aku melihat rangkaian angka-angka di
kertas tersebut, karena aku punya cerita sendiri untuk itu.
Jauh beberapa waktu yang lalu, Tuhan izinkan aku untuk
mengImani hal yang jauh dari kemampuanku. ‘ aku mengimani untuk semester ini
(2), aku mendapat IP 4’ mungkin ini suatu yang konyol, jelas kemampuanku tidak
akan sampai untuk mendapat IP 4, tapi ini keluar dari hati yang paling dalam,
ada kegairahan tersendiri saat aku mengimani hal itu, dan aku percaya saat aku
mengimani itu, itu bukan semata-mata keinginan dari diriku sendiri, tapi ada
tuntunan Roh Kudus yang mengiringku hingga aku mengimani hal itu.
Aku kira, perkataan iman itu hanya perkataan biasa, yang di
ucapkan kemudian hilang begitu saja, ternyata aku salah besar. Ada tuntunan
luar dari Sang Supra natural, agar kita mendapatkan apa yang kita imani terjadi
dalam kebenaran.
Kurang lebih itu yang aku rasakan saat aku mengimani untuk
mendapatkan Ip 4,00. Dimulai dari ‘Perumpamaan tentang talenta’ di Matius
25:154-30 mirip dengan ‘Perumpamaan tentang Mina’ di Lukas 19:12-27. Ini
kutipan ayat yang menyadarkan hati saya
‘Maka kata tuannya itu kepadanya: hai
hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia
dalam perkara kecil, aku akan memberikan
kepadamu tanggung jawab dalam perkara
yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. (Matius 25:21)
Ya, itu hal pertama yang Tuhan berikan seiring apa yang aku
imani, setia dalam perkara kecil maka Tuhan akan memberikan perkara yang besar,
dari situ Tuhan ingatkan aku untuk bereskan semua perkara-perkara kecil yang
terkadang sering aku remehkan, Tuhan tegur dengan keras di hidupku, bagaimana
Dia mau memberikanmu ‘perkara besar’ kalau perkara-perkara kecil saja masih
belum beres. Saat itu masih banyak ‘perkara-perkara kecil’ di hidupku yang
belum beres diantaranya ‘Nyontek dan Ngepek’, TA(Titip Absen), Bohong, dll.
Mungkin yang di tekankan disini adalah poin pertama aja yaitu ‘Nyontek dan
Ngepek’ ini bukan sesuatu yang mudah untuk di bereskan, butuh komitmen yang cukup
tangguh untuk melawannya, karena lingkungan di sekitar sangat menggoda untuk
merobohkan komitmen untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan
Firman Tuhan itu. Akhirnya saya putuskan untuk Berkomitmen membereskan ‘perkara
kecil’ itu, dan berserah total kepada Yesus, tentang apapun hasilnya nanti,
yang jelas aku mau bereskan itu dahulu.
dan hasilnya, ternyata apa yang menjadi komitmen kita, Tuhan tidak selalu
menjawab dan percaya begitu aja apa yang aku tekadkan, ada ‘pengujian’ yang Dia
lakukan, apakah komitmen kita bener-bener kuat atau hanya sebatas ‘omongan’
semata.
Pada hari pertama UTS (Ujian tengah Semester) semester 2, hari pertama yang di ujikan adalah Tata
Bahasa Jepang 2/Bunpou 2. Untuk info aja mata kuliah Bunpou 2 adalah mata
kuliah pokok untuk bahasa jepang, dan ini 4sks. Jadi nilai mata kuliah ini
sangat-sangat mempengaruhi KHS ku nanti. Saat itu aku mengira bahwa pengawas
untuk ujian ini adalah dari dosen bahasa jepang itu sendiri, dan perlu di
ketahui kalo dosen bahasa jepang itu kebanyakan adalah dosen yang suka dengan
kedisiplinan, killer, sewaktu ujian suka keheningan di dalam ruangan. Aku juga
berharap kalo yang mengawas itu adalah dari dosen jurusan sendiri agar
ketakutan ku untuk melakukan hal-hal hina itu semakin menjadi-jadi, hingga aku
tidak punya keberanian menoleh kiri-kanan. Akan tetapi semua di luar perkiraan,
saat semua peserta ujian sudah duduk manis di tempatnya, dan para pengawas pun
mulai berdatangan di ke ruang ujian. Dan ternyata yang mengawas itu adalah dari
bagian Tata Usaha Fakultas Ilmu Budaya, dosen hanyalah sebagai pendamping yang
selalu datang dan pergi dari ruangan satu ke ruangan lainnya. Hampir seisi
kelas bersorak kegirangan kecuali aku, saat semuanya berkata ‘Yes’, ‘Yeah’,
‘Hore’ apapun itu sebagai penanda bahwa mereka senang, hanya aku yang berkata
‘ADUH’, dalam hatiku ‘kenapa Tuhan lakuin ini ?’, saat aku berkomitmen penuh,
mengapa godaan ‘itu’ semakin menjadi-jadi ? tapi yang aku inget adalah bahwa
‘AKU HARUS BERESKAN SEMUA PERKARA KECIL’ di dalam hidupku, itu yang ingin aku
lakukan, apapun hasilnya nanti, aku percaya Tuhan pasti membalas semuanya
dengan indah. Itulah yang menjadi penyemangat di hatiku agar tetap ‘SETIA’ pada
komitmen. Saat, menerima kertas soal, dengan hati yang penuh kegundahan, aku
do’akan kertas itu, biar apa yang aku isi, itu sesuai dengan kehendak Tuhan.
Dan ternyata soalnya tidak terlalu sulit, dan tidak terlalu mudah, masih bisa
di kerjakan dengan akal sehat. Selesai mengerjakan soal, aku kembali mendo’akan
jawaban yang aku isi. Dengan harapan Tuhan akan melakukan ‘BagianNya’. . . .
Yang kedua, dalam proses tentang apa yang aku imani di
pertama, Tuhan bawa aku ke surat Yakobus 2:14-26 yang bejudul ‘Iman tanpa
perbuatan pada hakekatnya adalah mati’ tercatat jelas di Yakobus 2:17 yang
bunyinya :
Demikian juga halnya dengan iman: jika iman itu tidak disertai perbuatan,
maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.
Aku yakin dan percaya, Tuhan tuntun kebagian ini, supaya aku berbuat untuk apa
yang aku imani, Tuhan inginkan aku berusaha penuh untuk mewujudkan hal itu.
Tuhan ingin supaya aku benar-benar meyakini, mengimani, serta melakukannya
sesuai dengan Firman Tuhan. Jelas sekali tertulis disana, bila kita mengimani
sesuatau tetapi tanpa ada perbuatan, itu semua pada hakekatnya adalah mati,
kosong, tak bermakna. Dan Tuhan ternyata ingin apa yang aku imani itu
benar-benar terjadi, benar-benar aku rasakan. Tuhan ingin itu bukan sekedar
ucapan jempol semata, tapi nyata.
Dari situlah, aku mulai sadar, Tuhan telah ingatkan aku untuk tidak hanya
tinggal diam, tidak berlaku PASIF, tapi Tuhan inginkan aksi dan reaksi yang
AKTIF dari kita. Tuhan mau kita berusaha totally untuk menggapai tujuan kita.
Yang ketiga, atas tuntunan Roh Kudus, mata saya mulai di
bukakan tentang arti Berserah Total kepada Allah. Dan ternyata Berserah dan
Pasrah itu adalah suatu yang bertolak belakang, semakin kesininya aku makin di
cerahkan akan kedua hal itu. Berserah itu ‘lakukan yang terbaik apa yang
menjadi bagian kita’, dan serahkan semuanya itu pada Tuhan, maka Tuhan akan
kerjakan apa yang menjadi bagianNya. Kemudian saat menanti-nantikan ‘hasil’ apa
yang kita kerjakan itu, apabila kita berserah maka kita pasti akan
menantikannya penuh suka-cita, damai sejahtera, dan tanpa kegelisahan maupun
kegalauan. Berbeda bila kita hanya ‘PASRAH’ saja, hanya berlaku pasif, menjadi
seorang yang pesimis, selalu negative thinking, dan semua yang kurang baik akan
melayang-layang di pikirannya. Saat menantikan ‘hasil’ pun apabila kita hanya “Pasrah”
pasti muncul rasa kegelisahan, kepanikan dan sebagainya, karena apa yang kita
kerjakan tidak maksimal.
Sebenernya banyak yang aku dapet, dari apa yang aku imani. Mungkin
ini hanya garis besarnya saja.
Akhirnya, kini aku menyadari, mengapa Roh Kudus tuntun aku
mengimani mendapat IP 4. Bukan hanya nilai yang sangat memuaskan yang aku
dapatkan tapi juga ‘PERUBAHAN KARAKTER’ di dalam hidupku. Akhirnya aku mengerti
lewat ini, ketika Tuhan ingin aku untuk bereskan perkara-perkara kecil, ini
sungguh hal luar biasa yang aku dapatkan, pengalaman yang mungkin takkan
terlupakan, sebuah pelajaran yang sungguh berharga, suatu percepatan ke level
iman yang lebih tinggi lagi. Dan puji Tuhan bila aku dapat lalui keadaan ini
dengan baik.
Ternyata Tuhan ingin ubahkan karakterku, Tuhan mau pulihkan
aku kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Dan itu sungguh
luar biasa sekali. Bukan hanya sekedar mendapat ip 4, melainkan karakter yang
bertumbuh mendapat ip 4.
Thanks LORD